Adat Istiadat Dipengaruhi Oleh Komplikasi Ideologi Antar Bangsa Barat Dan Timur Masa Kolonial, Dalam Novel Salah Asuhan Karya Abdul Moeis

Authors

  • Annisa Nur Khopipah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keywords:

Salah asuhan, Ideologi, Adat-istiadat

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan adat-istiadat Minangkabau  yang diterapkan dalam buku Salah Asuhan mengenai hal perkawinan dengan diperlihatkannya melalui sistem kekerabatan masyarakat Minangkabau menganut sistem matrilineal yang mengatur kehidupan dan ketertiban suatu masyarakat yan terikat pada jalinan kekerabatan dalam garis keturunan ibu. Sistem matrilineal dalam masyarakat Minangkabau membuat mamak yang dimana sebagai Ibu Hanafi memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang besar terhadap kemenakannya. Sehingga tak lain dari adat itu mewajibkannya Hanafi untuk menikah dengan Rapiah yang dimana Rapiah merupakah kemenakan dari Ibu Hanafi dari Sutan Batuah.  Berbeda dengan adat perkawinan dalam budaya barat zaman Kolonial. Dalam adat kawin campuran antara penduduk Bumiputra dengan bangsa Belanda.  Dapat menimbulkan kontradiktif dengan hukum dan peraturan oleh pemerintah Belanda yang bersifat terbuka, bebas, seakan-akan tidak diskriminatif, dan modern. Walaupun wanita dari bangsa Belanda menikah dengan lelaki pribumi, maka wanita tersebut dianggap menghinakan diri sendiri, dan orang Barat. Bahkan diaggap sudah keluar dari golongan entitas, hak, keistimewaan sebagai orang Barat. Agak berbeda sedikit dengan orang Belanda yang laki-laki yang menikah dengan perempuan pribumi, tidak dipandang terlalu hina. Bahkan kalau perempuan pribumi itu beranak dianggap berjasa bagi bangsa pribumi. Sebagaimana dalam tokoh Hanafi dengan Corrie yang bertolak belakang dalam hal kebudayaan dan status sosialnya. Sehingga tersirat aturan bahwa bangsa pribumi, tidak pantas, tidak layak dan tidak sebanding untuk menikah dengan bangsa Barat, karena konstruksi yang dibangun oleh bangsa Barat adalah penguasa atau superior. Dengan hal demikian memunculkan sebuah ideologi yang berbeda pula antara keduanya dengan lahirlah Salah Asuhan  yang tampil di tengah-tengah zamannya, zaman yang melukiskan bentrokan antara kaum muda (pembaharu) yang berpendidikan dan berpadangan luas dengan kaum tua (tradisional) yang masih terpaku dengan adat-istiadatnya. Maka dalam penelitian ini, kami menggunakan jenis penelitian perpustakaan (library research) dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan keseluruhan data yang terkumpul yang kemudian dianalisis yang bersifat kualitatif dengan menggunakan metode Content Analysis Metode Content Analysis yang akan mengungkapkan isi pemikiran Abdoel Moeis melalui pendekatan kausalitas yang akan menjelaskan gejala umum hubungan karya sastra dan masyarakatnya yang tertuang dalam novel Salah Asuhan

References

Hafid, .Abdul . Oktober 2017, “Diskriminasi Bangsa Belanda Dalam Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis (Kajian Postkolonial). KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya.”http://ejournal.umm.ac.id/index.php/kembara/article/download/5609/5401. diunduh pada 8 Maret 2020

Moeis,Abdoel. 2009.Salah Asuhan. Jakarta: PT Balai Pustaka (Persero)

Nurgiantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Semi, Drs. Atar dkk.1985. Pemahaman Salah Asuhan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Sumardjo, Jakob. 1999. Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977. Bandung: Penerbit Alumni.

Syahrul, Ninawati. Juli 2017, “Peran Dan Tanggung Jawab Mamak Dalam Keluarga: Tinjauan Terhadap Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis.” https://pdfs.semanticscholar.org/b2bf/ecd0fa7dc31410e598dd31e8a12093d9d5c5. diunduh pada 10 Maret 2020.

Wellek, Rene dan Austin Warrren. 2016. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Downloads

Published

2025-07-09