Tempat Pengasingan Soekarno di Desa Lau Gumba sebagai Situs Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Authors

  • Yohana Magdalena Siagian Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan
  • Fifi Fatiah Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan
  • Andrew Carlos Putra Ambarita Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan
  • Enjel Adriani br Gurusinga Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan
  • Felix Agrian Brahmana Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan
  • Mutiara Nazla Dalimunthe Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan
  • Yonathan Louis Pratama Lase Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan
  • Flores Tanjung Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan

Keywords:

Soekarno, Pengasingan, Lau Gumba

Abstract

Penelitian ini membahas Tempat Pengasingan Soekarno di Desa Lau Gumba sebagai salah satu situs sejarah penting pada masa Agresi Militer Belanda II. Penelitian dilakukan untuk memahami nilai historis, kondisi keaslian bangunan, serta pemanfaatannya sebagai wisata edukasi sejarah yang masih bertahan hingga saat ini. Menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui observasi lapangan, wawancara informal, dokumentasi visual, dan studi pustaka, penelitian ini menemukan bahwa bangunan pengasingan masih mempertahankan struktur asli dan artefak penting seperti kamar Soekarno, ruang rapat, serta foto dokumentasi masa pengasingan. Keaslian bangunan ini memperkuat pengalaman historis pengunjung dan berkontribusi pada pembentukan memori kolektif masyarakat lokal. Temuan penelitian juga menunjukkan bahwa proses pelestarian dilakukan melalui konsep adaptive reuse, yang memungkinkan bangunan tetap digunakan tanpa menghilangkan nilai sejarahnya. Selain itu, situs ini berkembang sebagai ruang edukasi sejarah yang berfungsi layaknya museum, dengan pengelola menyediakan narasi sejarah kepada pengunjung dari berbagai kalangan. Dengan demikian, Tempat Pengasingan Soekarno di Lau Gumba memiliki nilai sejarah, sosial, dan edukatif yang sangat kuat, serta perlu dilestarikan dan dikembangkan secara berkelanjutan sebagai bagian dari warisan budaya yang penting bagi pembelajaran generasi muda. Penelitian ini menegaskan bahwa pelestarian situs sejarah bukan hanya menjaga bangunan fisik, tetapi juga mempertahankan identitas, memori kolektif, dan pemahaman masyarakat terhadap perjuangan bangsa Indonesia.

References

Afrillyan, M., Syahputra, D., & Ardianto, D. T. (2021). Peranan penting sejarah lokal sebagai objek pembelajaran untuk membangun kesadaran sejarah. HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 4(1), 85–94.

Ardika, I. W. (2017). Warisan budaya: Perspektif arkeologi dan pariwisata. Pustaka Larasan.

Ashworth, G. J., & Tunbridge, J. E. (1996). Dissonant heritage: The management of the past as a resource in conflict. Wiley.

Fanaya, F. S., Septanti, D., & Didit, N. (2025). Kajian transformasi ruang bersejarah melalui konsep adaptive reuse di De Tjolomadoe Surakarta. NALARs: Jurnal Arsitektur, 24(1), 63–78.

Fernández, J. M., Gómez-Carrasco, C. J., & Chaparro-Sainz, Á. (2021). Heritage education and research in museums: Conceptual, intellectual and social structure within a knowledge domain (2000–2019). Sustainability, 13(6667).

Gunawan, R. (2010). Gagalnya sistem kanal: Pengendalian banjir, kekuasaan, dan lingkungan di Jakarta. Komunitas Bambu.

Juwita, M., & Musadad, A. A. (2024). Museum Karst Indonesia sebagai wisata edukasi sejarah bagi masyarakat di Kabupaten Wonogiri. Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah, 24(2), 20–31.

Kahin, G. M. (1952). Nationalism and revolution in Indonesia. Cornell University Press.

Kusnadi, D. (2019). Pengembangan objek wisata sejarah sebagai sumber belajar. Jurnal Pendidikan Nasional, 11(2), 45–57.

Lipe, W. D. (1984). Value and meaning in cultural resources. In H. Cleare (Ed.), Approaches to the archaeological heritage (pp. 1–11). Cambridge University Press.

Marcillia, S. R., Janitra, P., Nursyamsu, L., & Hanunnindya, R. P. (2022). Keterkaitan keaslian (authenticity) objek wisata terhadap keterikatan tempat (place attachment) pengunjung. Nature: National Academic Journal of Architecture, 9(2), 246–254.

Napitupulu, M. (2021). Mengenal dua lokasi pengasingan Sukarno di Sumatra Utara. IDN Times Sumut. https://sumut.idntimes.com/news/sumatera-utara/mengenal-dua-lokasi-pengasingan-sukarno-di-sumatera-utara-00-qzvn3-q2fxc3

Pitana, I. G., & Diarta, I. K. S. (2009). Pengantar ilmu pariwisata. Andi Offset.

Ricklefs, M. C. (2001). A history of modern Indonesia since c.1200. PALGRAVE.

Rosalia, A., Fransisco, T., & Siswadi, R. S. (2024). Memori kolektif dalam ruang arsitektur sebagai media analisis desain ruang dalam mengenang konflik sosial. ALIBI – Jurnal Arsitektur dan Lingkungan Binaan, 1(02), 1–13.

Sitompul, M. (2024). Pejuang Tanah Karo hendak bebaskan Bung Karno. Historia.

https://www.historia.id/article/pejuang-tanah-karo-hendak-bebaskan-bung-karno-daryb

Tim Peneliti Sejarah Sumatera Utara. (2015). Jejak sejarah proklamator di Tanah Karo. Balai Pelestarian Nilai Budaya Medan.

Young, B. R. (2022). Mountain warriors: The importance of mountains in Mao’s people’s war strategy. American Journal of Chinese Studies, 29(2), 131–149.

Downloads

Published

2025-11-30