REVIEW: UJI STANDARISASI SIMPLISIA HERBA MENIRAN (PHYLLANTHUS NIRURI L.)

Authors

  • Immanuel Soladeo Simajuntak Farmasi, Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehetan, Universitas Sari Mutiara
  • Kristina Malau Farmasi, Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehetan, Universitas Sari Mutiara
  • Lisna Permata Sari Manik Farmasi, Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehetan, Universitas Sari Mutiara
  • Lidya Nisa Auni Farmasi, Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehetan, Universitas Sari Mutiara
  • Eva Diansari Marbun Farmasi, Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehetan, Universitas Sari Mutiara
  • Raissa Fitri Farmasi, Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehetan, Universitas Sari Mutiara

Keywords:

Meniran, Standarisasi, Herbal

Abstract

Tanaman Meniran (Phyllanthus niruri) yang banyak ditemukan di Indonesia dikenal memiliki manfaat sebagai antioksidan dan antibakteri. Meskipun sudah cukup banyak penelitian yang membahas khasiatnya, hingga kini belum tersedia standar baku yang dapat menjamin mutu dan keamanan Meniran sebagai bahan dasar obat herbal modern. Padahal, standarisasi sangat penting agar kualitas produk tetap terjaga dan kepercayaan masyarakat terhadap obat herbal bisa meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun standar mutu simplisia Meniran melalui serangkaian pengujian, seperti uji fisik (meliputi warna dan bentuk), analisis makroskopis dan mikroskopis, skrining senyawa aktif (fitokimia), serta pengujian kadar air dan kandungan lainnya. Hasil uji tersebut kemudian dibandingkan dengan standar yang tercantum dalam Farmakope Herbal Indonesia. Tahapan awal dimulai dengan pembersihan, sortasi, pengeringan, dan penghalusan daun Meniran, lalu dilanjutkan dengan berbagai pengujian sesuai metode yang telah ditetapkan. Pengujian fitokimia dilakukan untuk mengetahui senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia. Setelah itu, seluruh hasil pengujian dianalisis dan dibandingkan dengan standar resmi yang berlaku. Hasil skrining fitokimia menunjukkan adanya tanin, flavonoid, saponin, steroid, dan alkaloiddalam simplisia Meniran. Uji mutu simplisia menunjukkan hasil yang bervariasi jika dibandingkan dengan Farmakope Herbal Indonesia edisi II (2017) dan Farmakope Indonesia edisi VII. Nilai susut pengeringan sebesar 9,595% dan ekstrak etanol 14,97% sudah memenuhi syarat. Namun, ekstrak air sebesar 18,96% masih di bawah batas minimum yang ditetapkan, yaitu 20,3%. Selain itu, kadar abu total mencapai 25,61%, jauh melebihi batas maksimum 6%. Sementara itu, kadar air 7,2% masih sesuai dengan ketentuan. Kesimpulannya, Meniran sangat berpotensi dijadikan bahan baku untuk obat herbal, namun proses pengolahannya masih perlu ditingkatkan, terutama untuk memperbaiki kadar sari larut air dan menurunkan kadar abu total agar sesuai standar mutu yang ditetapkan.

References

Amalia, R., Hidayati, N., & Prasetyo, D. (2022). Aktivitas imunostimulan ekstrak etanol meniran (Phyllanthus niruri) terhadap makrofag. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 9(1), 33–39.

Andasari, R. (2021). Standarisasi Produk Herbal: Kriteria, Protokol, dan Teknik Pengukuran. Jurnal Farmasi Indonesia, 12(3), 45-52.

Andy Suryadi, A. M., Sy. Pakaya, M., Adam Mustapa, M., Makkulawu, A., & Hiola, F. (2024). Standarisasi dan Analisis Kandungan Flavonoid Total Daun Pulai. Journal Syifa Sciences and Clinical Research, 6(1), 78

Anggraini, R., & Mulyani, S. (2022). Aktivitas antioksidan senyawa flavonoid dari tanaman obat tradisional. Jurnal Kimia Riset, 11(2), 45–51.

Auliani, S., & Ridho, R. (2023). Formulasi Masker Gel Peel-Off Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri L.) dan Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus. Jurnal Farmasi dan Farmakoinformatika, 1(1), 42–59.

Darmawan, D. (2022). Gambaran Daya Potensi Proteksi Ekstrak Etanol Herba Meniran (Phillanthus niruri L) Pada Mencit Jantan (Mus muscullus) Yang Diinduksi Asam Asetat(Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karsa Husada Garut).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Pedoman Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia Edisi II. Jakarta: Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Farmakope Hebal Indonesia Edisi II. In Farmakope Herbal Indonesia.

Dwi wahyuni, Herlinda Mawardika, Winda Aulia Riski, Shita Ayu Pitaloka. (2023). Karakterisasi Makroskopik Dan Mikroskopik Jeruk Purut (Citrus hystrix DC) Sebagai Bahan Alam Berkhasiat Obat. Jurnal Sains Dan Terapan. Vol 2 No.2.

Farmakope Indonesia. (2019). Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Fitria, L., Syafitri, U., & Handayani, T. (2023). Stabilitas senyawa aktif saponin pada berbagai metode ekstraksi tanaman herbal. Jurnal Teknologi dan Farmasi, 12(1), 15–22.

Hiola, F. (2024). Standarisasi dan Analisis Kandungan Flavonoid Total Daun Pulai (Alstonia shcolaris L.). Journal Syifa Sciences and Clinical Research, 6(1), 78–88.

Kurnianto, E., & Rahman, I. R. (2022). Potensi Tabir Surya Ekstrak Etanol Daun Matoa (Pometia Pinnata) Dengan Variasi Konsentrasi Pelarut. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina. Vol 7 No 1.

Lobo, V., Patil, A., Phatak, A., & Chandra, N. (2021). Free radicals, antioxidants and functional foods: Impact on human health.Pharmacognosy Reviews, 4(8), 118-126

Mokodompit, Y., Simbala, L.E.H., Rumondor, M.E (2023). Penetuan Standarisasi Parameter Non Spesifik Ekstrak Umbi Bawang Hutan (Eleutherine Americana Merr). Pharmacon FMIPA Universitas Sam Ratulangi, 12(2), 206.

Noviyanty, Y., Novia, D. & Noviyan, D., 2020. Skrining Fitokimia Metabolit Sekunder Daun Ketepeng Cina (senna alata (L) Roxb Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Jurnal Ilmiah Farmacy, Volume 7 No.1, pp. 59-68

Nuraini, L., Yuliani, N., & Putra, W. (2020). Uji fitokimia dan aktivitas antibakteri ekstrak herba meniran (Phyllanthus niruri). Jurnal Farmasi Udayana, 9(2), 87–94.

Nuzulianza, S. (2023). Keanekaragaman Tumbuhan Herba di Kawasan Restorasi Stasiun Riset Soraya Kawasan Ekosistem Leuser (Doctoral dissertation, UIN Ar-Raniry Banda Aceh).

Parekh, J., & Chanda, S. (2017). In vitro antimicrobial activity and phytochemical analysis of some Indian medicinal plants. Turkish Journal of Biology, 31(1), 53-58.

Patel, J. R., Tripathi, P., Sharma, V., Chauhan, N. S., & Dixit, V. K. (2021). Phyllanthus amarus: ethnomedicinal uses, phytochemistry and pharmacology: a review. Journal of Ethnopharmacology, 138(2), 286-313.

Putri, M. D., Setiawan, R., & Hasanah, N. (2021). Uji kualitatif kandungan tanin pada beberapa simplisia tanaman obat. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 19(3), 105–112.

Rizki, A. D., & Lestari, W. D. (2020). Potensi imunostimulan tanaman meniran dalam pengobatan tradisional. Jurnal Tradisional dan Komplementer, 7(1), 40–47.

Saputri, R., Wulandari, S., & Hasan, B. (2021). Identifikasi senyawa flavonoid dan aktivitas antioksidan pada ekstrak meniran. Jurnal Ilmu Farmasi dan Analisis, 8(2), 90–98.

Shalsyabillah, F., & Sari, K. (2023). Skrining Fitokimia serta Analisis Mikroskopik dan Makroskopik Ekstrak Etanol Daun Seledri (Apium graveolens L.). Health Information : Jurnal Penelitian, 15(2), 1–9.

Syamasundar, K. V., Singh, B., Singh Thakur, R., Husain, A., Yoshinobu, K., & Hiroshi, H. 2020. Antihepatotoxic principles of Phyllanthus niruri herbs. Journal of Ethnopharmacology, 14(1), 41–44.

Winandira, A., Cindiansya., Rosmawati, J., Anandari, F.A., Naurah, A.S., Fikayuniar, L (2023). Menganalisis Pengujian Kadar Air Dari Berbagai Simplisia Bahan Alam Menggunakan Metode Gravimetri. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 9 (17), 190-193.

Wulandari, Y., & Pratama, H. (2021). Senyawa alkaloid dan potensinya sebagai agen antimikroba. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia, 10(1), 55–62.

Yuliana, L., Fauziah, D., & Ramadhani, N. (2020). Deteksi senyawa steroid dan triterpenoid pada tanaman obat lokal. Jurnal Farmasi dan Sains Indonesia, 7(1), 20–26.

Downloads

Published

2025-08-06